Amuk di Kanjuruhan

Di setiap pertandingan, selalu ada yang jadi pemenang. Pemenang hanya simbol dari kegigihan usaha yang dilakukan. Sama seperti pemenang, yang kalah juga simbol bahwa harus lebih giat lagi berusaha. Adalah hal wajar ketika kalah mengakui dan menerima kekalahan dengan lapang dada. Dan ketika menang, merayakannya dengan bersuka cita dan tetap rendah hati merangkul yang kalah untuk sama - sama merayakan kemenangan itu dan tetap menyemangatinya. Memahami bahwa semuanya adalah takdir yang harus diterima.

Suporter yang "beringas" adalah simbol adanya kemarahan di dalam dirinya entah marah ke siapa. Kekalahan club nya hanyalah pemicu kecil dari emosi besar yang sudah ada jauh di dalam dirinya. 

Jiwa - jiwa muda yang sedang bergejolak itu awalnya memang sudah rentan. Hal ini bisa dilihat dari mudahnya mereka terprovokasi. Hal ini tentu bisa saja dimanfaatkan oleh pihak - pihak yang tidak bertanggung jawab. Pihak yang hanya mencari "keuntungan" dari mereka yang masih beranjak remaja. Jiwa muda ini tentu tidak takut mati dan tidak mempertimbangkan akibat perbuatannya ternyata membuat banyak teman - teman mudanya yang mati sia - sia. 

Penonton yang melebihi kapasitas pun menjadi tanggung jawab panitia yang mungkin hanya mementingkan pemasukan tanpa mempertimbangkan dampaknya. Demi uang ratusan nyawa melayang.

Polisi yang panik dengan membludaknya puluhan ribu penonton yang ribuan supporter yang memaksa masuk secara tidak sadar menembakkan gas air mata, termasuk ke beberapa tribun yang banyak terdapat perempuan dan anak - anak. Alhasil, mereka berhamburan. 

Efek gas air mata, tidak main - main. Semua kejadian ini berawal dari emosi yang tidak terkendali. Perilaku yang tidak disadari. 

Selamat jalan para pemuda. Selamat menuai apa yang sudah kau tanam. Yang masih selamat, marilah kita mulai melihat ke diri masing - masing, merefleksi diri atas kejadian yang sangat memilukan ini.

sumber foto : detik.com


Komentar