Pentingnya Menyadari Kesehatan Mental Sejak Dini

Beberapa orang yang saya kenal ternyata mempunyai isu tentang keluarga. Beraneka ragam problematika. Dengan berbagai emosi yang bergejolak. Bahkan di usia yang masih sangat kecil salah satu teman saya sudah menyaksikan orang tuanya bertengkar hebat dan akhirnya berpisah. Sejak saat itu dia diasuh oleh kakek dan neneknya. Ibunya yang sejak kejadian itu tak pernah lagi menemuinya. Dan ayahnya yang masih ada namun selalu terasa asing bagi anaknya sendiri. 

Emosi terkadang menjadi bumerang bagi yang memilikinya. Apalagi jika emosi yang sudah bertahun-tahun itu disimpan dan terus terakumulasi sehingga tanpa sadar kadarnya membesar. Ketika ada pemicu yang pas, di saat itulah ego mengendalikan diri,  menghancurkan naluri. 

Sisi baik yang sudah terbentuk pun seolah tak ada artinya. 

Banyak sekali orang tua yang ternyata masih menyimpan emosi entah itu kemarahan, ketakutan dan kesedihan nya terhadap orang tua mereka namun sayangnya emosi itu diabaikan tanpa diproses dengan benar sehingga puluhan tahun kemudian emosi itu kembali menghampiri ketika dia sudah menikah. 

Sisi kekanak - kanakan nya muncul setelah mereka punya pasangan dan anak.

Jarang sekali ada orang tua yang rendah hati mau mengakui emosi yang masih tersimpan puluhan tahun ini. Mereka terus berasumsi bahwa mereka baik - baik saja. "mana mungkin saya masih menyimpan kemarahan saya terhadap orang tua saya."

Ditambah doktrin bahwa orang tua harus dipatuhi dan tidak boleh dilawan. 

Seorang anak yang sering melihat, mendengar dan merasakan kemarahan orang tuanya akan merekam semua itu dan menganggapnya itu adalah hal yang normal. Dan ketika dia menikah pun keadaan yang harmonis menjadi sangat asing dan tidak normal. Sehingga keributan - keributan yang dipicu hal - hal sederhana menjadi konflik yang selalu ada dan menyertai di hari - harinya.

Orang tua yang dulunya terluka tanpa sadar ketika dewasa luka itu masih ada dan ditularkan ke pasangan serta anaknya. Tanpa adanya kesadaran, hal ini terus terjadi bagaikan lingkaran setan. 

Mereka yang terlihat "baik - baik saja" ternyata masih menyimpan kemarahan. Di usia saya yang masih remaja saya pun mengalami penyakit psikosomatik yang ternyata disebabkan oleh kemarahan yang saya pendam bertahun - tahun dan terus terakumulasi. Penyakit ini pun seolah tak bisa hilang dengan obat - obatan medis. Penyakit yang kambuh - kambuhan. Ternyata akarnya adalah kemarahan yang saya tahan saat masih anak - anak sampai menginjak usia dewasa. Beberapa tahun belakangan ini, isu kesehatan mental menjadi sangat booming. Dan saya mencoba mempelajari dan mendalami itu. Hingga saya menyadarinya, menerimanya dan memasrahkannya. Hingga kini saya tak pernah lagi merasakan sakit seperti dulu.

Banyak anak yang tumbuh dengan luka dan luka itu tak pernah disadari keberadaanya. 

Selamat hari kesehatan mental dunia.


Komentar

  1. Terima kasih share nya bu.
    Isu mentalhealth semakin relevan sekarang.
    Ketika orang lebih bnyak bergantung pada gawang dan kurang bersosialisasi, kita semakin rentan terhadap gangguan mental.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sami2 pak. Semoga bermanfaat. Betul, karena hal ini sangat berdampak pada kehidupan dan banyak sekali masalah manusia yg disebabkan akar utamanya adalah Krn isu mental itu sendiri.

      Hapus
  2. Terima kasih bu, sangat bermanfaat sekali bagi saya untuk menyadari kesehatan mental sejak dini

    BalasHapus
  3. Terima kasih ilmu nya bu, kita jadi tahu kalau amarah yang di pendam itu saat meluap bisa sangat berbahaya bagi diri kita dan orang sekitar kita, terutama anak-anak. Ketika banyak anak yang merasa hal itu adalah normal, tapi tidak menyadari bahwa mental mereka sedang tersakiti.

    BalasHapus
  4. saya setuju dengan apa yang telah disampaikan bahwasannya semua orang yang terlihat baik baik saja masih menyimpan banyak luka yang telah dirasakan pada masa lalu nya, disaat saya terpuruk saya selalu menyadarkan diri saya untuk jangan terlalu menekankan diri memendam banyak hal. yang saya pelajari di dunia ini, jika seseorang mengalami rasa sakit yang cukup banyak dan dia memendamnya sendiri, dia akan tenggelam dengan sendirinya dan mengakibatkan hal buruk kepada nya di masa depan nanti. maka dari itu, kita tidak boleh untuk memendam perasaan kita tentang apa yang kita rasakan, alami. mau kita berfikir tidak ada yang peduli dengan kita di dunia ini, pasti ada lah 1 atau 2 orang yang bakal percaya kita, mau dengerin kita, mau bantu kita. jangan tolak kenyataan yang ada di depan bahwa ada yang peduli dengan kita, mau kita di masa terpuruk pun. luka pasti ada obatnya, namun itu datang dari diri kita yang mau sembuh atau tidaknya. maka terus carilah motivasi dalam kehidupan, kejar apa yang diinginkan dalam hal positif, semua apa yang kamu rasakan dapat kamu sampaikan bukan di pendam - kania 8J

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih juga atas ilmu nya bu 🙏🏻

      Hapus
  5. Saya setuju dengan apa yang disampaikan, jika ada seseorang yang bilang bahwa dirinya "baik-baik saja" padahal dia lagi nggak "baik-baik saja" itu sama saja dia membohongi dirinya sendiri. Karena bagaimana pun juga kita adalah manusia yang pasti membutuhkan bantuan orang lain.

    BalasHapus
  6. Terimakasih bu ilmunya sangat bermanfaat. Memang benar jika orang tua bertengkar anaklah yang menjadi korbannya. Maka dari itu kita harus mencegah hal ini dengan cara membangun komunikasi dengan baik antar anggota keluarga. Dengan melakukan hal ini, InsyaAllah pertengkaran di keluarga tidak terjadi.
    Fathia Karissa Naya 8J

    BalasHapus
  7. Saya setuju dengan apa yang telah disampaikan karena ketika anak melihat orang tuanya bertengkar anak akan merasa sangat sedih dan merasa mental

    BalasHapus
  8. Mental anak akan merasa tidak baik

    BalasHapus
  9. Terima kasih bu untuk teks nya, sangat relate dengan "orang tua saat ini"
    yang dulu nya punya experience yang tidak mengenakan tetapi saat sudah punya anak, secara tak sadar ia melakukan hal yang sama sebagaimana apa yang dilakukan orang tuanya dulu. Tapi saya juga yakin bahwa orang tua kita mungkin saja sudah termakan "doktrin" bahwa "orang tua harus dipatuhi dan tidak boleh dilawan"
    maka, saya sadar bahwa korbannya bukan hanya kita sebagai anak tapi juga orang tua kita menjadi korban dalam kasus ini.

    Yang paling ditakutkan dari generasi ini mungkin tingkat ingin menikah menjadi lebih rendah dilihat dari cara anak2 mendapatkan experience seperti punya orang tua yang suka abuse dan dari lingkungan sekitar seperti kdrt dll
    saya rasa banyak juga yang memiliki trust issue yang berdampak untuk masa depan kita, seperti susah menerima kepercayaan lantaran pernah dikhiati oleh orang yang kita percaya.

    Kita takut di masa depan kita menormalisasikan apa yang dilakukan orang tua kita, saya berharap di masa depan kita akan menjadi orang tua yang baik namun harus bisa memaafkan sesama dan intropeksi satu sama lain, tidak menyalahkan kesalahan pada orang lain.

    BalasHapus
  10. Terimakasih bu ilmunya, saya setuju kita semua harus saling membantu dengan saling mengerti satu sama lain. jika kita sedang marah lebih baik cerita ke orang yg dipercaya supaya mungkin perasaan lebih lega dari pada kita pendam sampai dewasa dan mengakibatkan ke keluarga atau orang dekat di sekitar

    Neisya Syafina Rizkia R. 8J

    BalasHapus
  11. Terimakasih Bu, saya jadi tahu bahwa emosi yang dipendam itu tidak baik untuk diri dan mental kita
    Karena hanya akan membuat kita tanpa sadar menyakiti diri kita sendiri dan mulai sekarang jangan lah memendam emosi yang kamu rasakan karna itu akan menyakiti mental dan diri mu sendiri. dan terbuka dengan keluarga.

    BalasHapus
  12. terimakasih Bu atas ilmunya , selama ini saya sering memendam kemarahan, malah menjadi tangisan yang ternyata itu tidak baik untuk mental malah jadinya menyakiti diri sendiri, jadi lebih baik cerita ke teman dekat atau keluarga dekat agar merasa lega.

    BalasHapus
  13. terimakasih teksnya bu, saya sangat setuju bahwa emosi yang dipendam bertahun tahun akan menyakiti mental diri sendiri, dan semakin lama dipendam hanya akan membuat kemarahan semakin besar dan bertambah apalagi jika permasalahannya tentang pertengkaran orang tua yang sudah dialami dari kecil. menurut saya, untuk mengurangi emosi yang sudah dipendam, kita bisa bercerita agar perasaan lebih lega, menurut saya, terbuka tentang masalah yang selama ini dipendam sangat berpengaruh bagi mental.

    BalasHapus
  14. Terimakasih atas ilmu nya bu, sya jd tahu bahwa emosi yang terpendam juga akan bisa membuat mental jatuh dan kita juga harus mencintai diri sendiri

    BalasHapus
  15. Terimakasih banyak atas ilmunya Bu, saya jadi paham bahwa emosi yang kita pendam itu bisa merusak kesehatan mental

    BalasHapus
  16. Terima kasih ibu, saya jadi tahu bahwa sebenarnya kita tanpa sadar menyakiti diri sendiri tetapi kita malah menyalahkannya kepada orang lain dan emosi yang dipendam terlalu lama akan berpengaruh terhadap mental health kita.

    Anggia 9I

    BalasHapus
  17. Terima kasih ilmunya Bu. Aku baru tahu kalau emosi yang dipendam bisa menjadi bumerang bagi kita -ney

    BalasHapus
  18. Bukannya menjadi teman curhat, orang tua sekarang malah menaruh beban berat kepada anak-anaknya sebagai salah satu cara meraih impian mereka yang tak terwujud. Hal ini membuat sang anak merasa harus bertanggung jawab atas hal itu. Ditambah orang tua yang tidak pernah memberi apresiasi, tak heran kalau jarak antara orang tua dan anak mulau melebar.

    Aku akan terus berharap bahwa jarak itu akan hilang seiring berjalannya waktu. -Ney*⁠.⁠✧

    BalasHapus
  19. terima kasih atas ilmu nya bu, karena ini saya jadi paham pentingnya menyadari kesehatan mental sejak dini, memang benar jika kita memendam emosi sejak dini dan tidak pernah meluapkannya itu bisa sangat berbahaya bagi diri kita sendiri dan orang sekitar.

    BalasHapus
  20. Makasih atas ilmunya bu. semua orang pasti punya isu tentang keluarganya masing', tetapi cara kita ngehadepinnya saja bagaimana, untuk masa remaja adalah masa sangat susah mengatur emosi, apa lagi kita merasa ada tidak kenyamanan ketika memendam emosi, lebih baik di lampiasan yang tidak membuat diri kita celaka

    - TU

    BalasHapus
  21. Terimakasih bu atas ilmunya, saya jadi tahu kalau kita memendam emosi bisa berdampak pada kesehatan mental dan juga sangat fatal untuk ke depannya

    BalasHapus
  22. Terimakasih atas ilmunya, salah satu yang Paling menarik dari bacaan tersebut mernurut saya adalah "luka itu masih ada dan ditularkan ke pasangan serta anaknya. Tanpa adanya kesadaran, hal ini terus terjadi bagaikan lingkaran setan." Karna ini sering sekali terjadi di dunia

    BalasHapus
  23. Terima kasih atas ilmunya Bu, ini sangat relate sekali dengan keadaan zaman sekarang. Ada anak-anak yang terdampak atas kedendaman orang tua terhadap orang tua mereka. Mereka sering melampiaskan kepada anak-anaknya. Dan itu pun dapat menjadi pemicu si anak memendam rasa marah terhadap orang tuanya karena memperlakukannya dengan cara dimarahi terus. Nantinya, anak akan mengalami gangguan mental jika orang tua tak memerhatikan kondisi psikologis anaknya.

    - Dinda ♡

    BalasHapus
  24. Saya setuju dengan apa yang ada di teks, sebagai remaja pastinya kita sangat butuh support dan apresiasi dari orang tua. Bertengkar di depan anak bukanlah tindakan yang baik, karna itu dapat memunculkan trauma bagi sang anak. Apabila sang anak tidak dapat mengeluarkan emosinya, ia pasti memendamnya sampai ia dewasa. Dan juga tindakan orang tuanya ketika ia kecil, pasti akan ia lakukan kembali kepada anaknya kelak. Terima kasih atas ilmunya Bu 🙏 -Ale-

    BalasHapus
  25. Terima kasih ibuu atas ilmunya, saya jadi menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan mental sejak dini dan saya juga setuju akan hal ini bahwa jika orang tua bertengkar, maka akan berdampak besar bagi anaknya. Dengan melihat kedua orang tua nya bertengkar, bisa saja memicu terjadinya pertengkaran antara orang tua dan anak juga. Dan itu akan merusak hubungan keluarga. Oleh karna itu sangat penting untuk menjaga hubungan antar anggota keluarga.
    -Keiraa :D

    BalasHapus
  26. Terima kasih ibu atas infonya, saya jadi mengerti betapa pentingnya kesehatan mental.
    -Aydina

    BalasHapus
  27. Terima kasih buu atas ilmunya, saya jadi menyadari sepenting apa memendam emosi Dan kesehatan mental sejak dini
    -ca

    BalasHapus
  28. Terima kasih Ibu infonya, saya jadi bisa belajar dan memahami kesehatan mental sejak dini, saya jadi mengerti bahwa kesehatan mental sejak dini itu penting.

    BalasHapus
  29. Terimakasih atas ilmuny ternyata memang penting ya menjaga kesehatan mental setuju banget sih kalau trauma akan berdampak sangat besar bagi korban
    -Sefune <3

    BalasHapus
  30. terima kasih bu ilmunya,

    BalasHapus
  31. Anak anak yang tumbuh dengan orang tua yang memiliki hubungan tidak baik pasti akan masuk kepada anak mereka dan meniru karena tindakan orang tua mereka adalah hal yang pertama mereka pikir benar. Maka harus diperhatikan perilaku anak anak apakah mereka punya masalah mental atau tidak

    BalasHapus

Posting Komentar