Murid (Kesayangan)

Ini cerita tentang pengalamanku saat mengajar anak-anak. Aku merasa nyaman mengajar karena bisa bertemu dengan malaikat-malaikat kecil yang masih polos, penuh canda tawa, dan kejahilan serta kenakalan khas mereka. Anak-anak itu polos, lugu, nakal, dan pintar.

“Kak, aku mau tanya,” Seorang anak menunjuk tangan ketika aku sedang menerangkan materi di kelas.

“Silahkan, Nicholas. Mau bertanya apa?”

“Kak, apa bahasa inggrisnya rumah?” Anak-anak yang lain menimpali “Haaaaaaaaa-uuuuu-ssssss.(HOUSE).” Seluruh isi ruangan ramai oleh tawa. Aku mengangkat bahu dan ikut tertawa. Ternyata itu bentuk ekspresi mereka saat sedang kehausan. Bagaimanapun aku tidak bisa marah. Aku tertawa melihat kenakalan demi kenakalan, tapi juga diimbangi dengan peningkatan prestasi mereka.

Bel istirahat berbunyi.

“Nah, waktunya istirahat anak-anak. Yang haus boleh minum sepuasnya.” Anak-anak kembali tertawa. Satu per satu meninggalkan ruang kelas.

Lalu, saat sedang istirahat. Ada seorang anak perempuan yang mengatakan, “Kak, coba kakak jadi Ibu aku.”

“Lho memangnya Ibu kamu kemana, Nak?”

“Kak, Ibu aku kan lagi sakit keras, mau dioperasi. Doain yah kak supaya cepat sembuh.” Aku tersenyum lalu memeluknya. Bagaimanapun aku dan kebanyakan orang dewasa harus banyak belajar dari anak-anak. Terutama tentang kejujuran dan apa adanya mereka. Itulah kenapa aku merasa puas walaupun tidak dibayar mahal. Karena rezeki bukan hanya sekedar materi.

Komentar