Innerchild : Ada Luka Yang Terlupa

Apakah kita semua ingat detail kejadian yang kita alami saat masih anak – anak?

Jawabannya pasti tidak semua ingat. Saya bahkan hanya ingat sebagian kecil peristiwa di masa kecil. 

Saya berusaha keras untuk mengingatnya tapi tidak bisa. Padahal, semua kejadian selalu terekam di memori pikiran dan hati kita.

Lupa bukan berarti tidak ada. Luka yang membekaspun terkadang tanpa kenangan namun tetap ada di alam bawah sadar kita. Hal inilah yang mendasari perilaku kita ketika kita beranjak dewasa.

Pola yang salah dalam mengasuh buah hati kita terkadang tanpa sadar menyisakan luka yang bahkan terlupakan oleh si kecil namun justru langsung membentuk kepribadian seorang anak.

Ya, luka itu sekarang menjadi sebuah kepribadian. Karena terus terulang – ulang diberikan oleh pengasuh entah itu orang tua kita atau yang lainnya. 

Ketika seorang anak merasa berbeda dengan anak – anak yang lain yang mungkin diasuh dengan cara – cara yang lebih manusiawi mereka akan bertanya-tanya, aku berbeda.

Kenapa aku seperti ini?

Membesarkan anak manusia berbeda dengan membesarkan anak kucing, anak anjing, atau anak hewan lainnya. Tidak hanya soal memberinya makan dan minum. Jasmani mungkin terpenuhi tapi ruhaninya kering kerontang.

Terkadang anak menjadi pelampiasan orang tua yang bahkan belum berdamai dengan masa lalunya. Orang tua yang buta ilmu psikologi sering tidak sadar bahwa mereka memberikan luka kepada anak – anaknya.

Labeling yang sering terlontarkan, “iya anak saya mah pemalu.” Atau “iya, yang ini mah penakut.” Bisa membuat anak menjadi seperti itu. Dan pertanyaannya, apakah orang tua mau anaknya jadi pemalu atau penakut? Tapi, justru mereka sendiri yang membentuk itu.

Komentar