Rantai Kehidupan


"Tak ada orang yang jahat, yang ada hanyalah orang yang belum menemukan hidayah. Dan tak ada orang buruk, yang ada hanyalah orang yang belum menemukan cahaya."

"Anda selalu dapat memetik pelajaran dari orang yang Anda temui. Yang baik dari dia menjadi contoh untuk ditiru. Sedangkan yang tidak baik dari seseorang menjadi contoh untuk tidak diteladani." - Confucius -

Manusia diciptakan bukan tanpa tujuan. Setiap jiwa yang lahir ke dunia diberikan kelebihan meski kadang orang tidak melihat kelebihan itu karena tertutupi oleh kekurangan.

Kita dapat melihat, merasakan, dan mengambil pelajaran dari setiap makhluk yang ada di muka bumi. Terhadap batu, kita belajar dari ketangguhan dan kekuatannya. Terhadap air, kita belajar dari kejernihannya, termasuk terhadap kotoran pun, kita bisa memetik hikmahnya.

Manusia memang ada yang terlihat baik, ada pula yang sebaliknya. Namun, terkadang kita mengabaikan apa yang ada dibaliknya. Pertanyaan, kenapa dia berbuat baik tapi ada orang berbuat jahat?

Orang yang terlihat baik dan kita pikir dia memang baik karena dia berbuat baik di mata kita maupun orang lain. Bagaimana dengan orang yang berbuat keji meskipun bukan terhadap diri kita? Kita bahkan ikut merasakan kekejian itu, melihatnya sebagai "kotoran" yang tergambar dari pikiran negatif. Ini yang biasa kita semua alami.

Segala sesuatu dicipatakan sepasang, termasuk baik dan buruk. Yang sama halnya dengan siang dan malam. Kenapa ada orang yang lebih menyukai siang dibanding malam atau sebaliknya? Kenapa ada orang yang lebih menyukai orang baik dibandingkan orang jahat? Kenapa terkadang orang jahat dipandang sebelah mata? Dihujat? Apakah kita sudah merasa lebih baik darinya?

Silahkan menghujat, tapi pikirkan lagi manfaatnya bagi kita. Bukankah lebih baik bila menjadikan perbuatan keji seseorang sebagai peringatan? Lebih bermanfaat ketimbang dengan menghujat yang malah menimbulkan pikiran negatif.

Tidak akan ada orang jahat jika tidak ada orang baik. Kita tidak akan mengatakannya dia buruk selama pikiran kita tidak fokus pada perbuatan buruknya. Tapi fokus pada pertanyaan, Kenapa orang itu berbuat buruk? Alasan dia berbuat buruk apa? Dan kita terbiasa mengabaikan pertanyaan itu.

Dengan kita mengetahui alasan dia berbuat buruk akan ada hikmah yang bisa kita petik. Misalnya, karena kurangnya pendidikan atau nilai-nilai agama yang dianut. Dari hal ini, kita jadi lebih bersyukur bahwa kita memiliki (pendidikan atau nilai agama) yang orang lain tidak punya. Makanya kita jadi lebih bisa mengontrol pikiran, perbuatan, dan sikap.

Komentar